cari lah

Custom Search

Rabu, 28 Mei 2008

NUKLIR SUMBER ENERGI ALTERNATIF, KENAPA TAKUT

“Nuklir? Aman?” tanya Hendra (28) ketika mendengar energi tersebut akan dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria oleh Pemerintah Indonesia.

Ia agak jengah ketika mendengar kata nuklir, ada rasa takut yang sedikit terbayang. Pengalaman dua kota, Hiroshima dan Nagasaki yang di bom atom 51 tahun lalu, membuatnya berpikir macam-macam.

Anggapan tersebut mungkin tak aneh. Nuklir memang tak diragukan mempunyai radiasi yang berbahaya bagi manusia. Akan tetapi dengan pengolahan yang aman, energi nuklir dapat menjadi pilihan alternatif energi yang solutif.

“Sekitar 1,6 miliar orang tidak mempunyai akses listrik dan 2,4 miliar lainnya mengan-dalkan sumber energi tradisional karena tidak memiliki akses pada energi modern,” kata Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Inter-nasional (IAEA), Muhamed Elbaradei, dalam lawatannya ke Indonesia beberapa waktu lalu

Kendati energi nuklir bukan menjadi satu-satunya solusi bagi krisis energi dunia, direktur atom dunia ini selalu menekankan kepada anggotanya untuk kembali mempertimbang-kan penggunaan energi nuklir ini.

Di dunia, sampai Oktober 2006 lalu, tercatat 442 pembangkit tenaga nuklir di 30 negara yang menyuplai 16% dari kebutuhan energi listrik dunia. Indonesia pun tak keting-galan, sebuah Peraturan Presiden No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Mix Nasional juga telah diluncurkan beberapa waktu silam.

Nuklir, Energi Solusi?

Dibanding dengan emisi gas karbon dari bahan bakar fosil yang mempunyai berbagai efek semisal polusi dan perubahan iklim yang dapat menyebabkan peningkatan tempe-ratur bumi; naiknya permukaan laut; ke-keringan dan badai, penggunaan nuklir me-mang cenderung masih menjadi pilihan.

Cadangannya pun terbilang tak sedikit, diperkirakan masih terdapat sekitar 4.36 juta ton uranium dunia yang cukup untuk dijadikan sumber energi selama ratusan tahun. Selain itu, pada sebuah reaktor nuklir, bahan bakar nuklir yang telah digunakan pun dapat didaur ulang. Sehingga sisa uranium dapat dijadikan menjadi sebagai sumber energi yang lain.

Tak hanya itu, nuklir juga memiliki daya untuk menghasilkan energi yang tinggi. Dalam 1 kg uranium dapat menghasilkan energi listrik sebesar 50.000 kWh. Bandingkan dengan 1 kg batu bara atau 1 kg minyak bumi yang hanya bisa menghasilkan energi sebesar 3 kWh dan 4 kWh saja.

Wah..tentu sebuah penghematan yang luar biasa. Terlebih bila melihat fakta bahwa kebutuhan energi listrik Indonesia senantiasa tumbuh pada tingkat 10% per tahun.

Indonesia Siap Untuk Nuklir

Niatan Indonesia untuk menjajaki peng-gunaan energi alternatif ini setidaknya telah diwujudkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) kerjasama promosi di bidang PLTN yang di-tandatangani Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro dengan Menteri Komersial, Industri dan Energi Korea Selatan (Korsel), Chung Sye Kyun, beberapa saat silam.

Kendati MoU tersebut belum berbicara tentang pembangunan PLTN di Indonesia, namun hal penting adalah adanya upaya mensosialisasikan rencana pemerintah Indonesia untuk mem-bangun PLTN di masa depan.

“Tolok ukurnya adalah faktor pemahaman dari masyarakat (public acceptance). Diharapkan dengan upaya pengenalan, pro-mosi dan sosialisasi tentang ke-butuhan PLTN, masyarakat dapat memahami dan menerima ke-beradaan PLTN terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah dimana PLTN akan dibangun,” kata Purnomo.

Korsel sendiri menjadi pilihan dalam investasi karena selain telah memiliki 20 PLTN dengan total ka-pasitas 17.700 Mega Watt (MW) dan tengah menggarap pemba-ngunan 4 PLTN lain, teknologi PLTN yang dikembangkannya se-suai dengan teknologi PLTN yang sudah dikembangkan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

Semenanjung Muria

Soal lokasi PLTN, Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Depar-temen ESDM, J Purwono menga-takan, sesuai hasil penelitian pem-bangunannya akan dilakukan di Pulau Jawa, yakni di sekitar Seme-nanjung Muria, Jawa Tengah.

“Perimbangannya ekonomis. Di samping itu, jaringan transmisi kelistrikan yang sudah permanen adalah Jawa-Bali, sehingga sangat cocok PLTN dibangun di dekat pusat beban,” kata Purwono

PLTN ini ditargetkan akan beroperasi pada 2015-2017 de-ngan kapasitas 1.000 MW. Kerjasama lain dengan Korsel juga akan dilakukan di bidang hulu dan hilir migas, ketena-galistrikan, mineral, batubara dan panas bumi serta kerja-sama pendidikan dan teknik tenaga nuklir. Sampai saat ini investasi Korea Selatan di Indonesia telah mencapai 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp10 triliun).

Sambutan lain juga datang dari IAEA. Lembaga atom interna-sional yang beranggotakan 143 negara dunia itu, menganggap Indonesia telah menjadi rekan kuat dengan menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT), mendukung Konvensi Keamanan Nuklir, Konvensi Perlindungan Fisik Materi Nuklir, dan berpartisipasi penuh dalam Jaringan Keamanan Nuklir Asia.

Karenanya organisasi yang berpusat di Wina, Austria ini telah membangun program kerjasama teknis semisal pembuatan pusat radioterapi pertama di Kalimantan yang dijadwalkan beroperasi tahun depan.

Tak hanya itu, teknik nuklir untuk menilai dan mengatur sumber air-tanah Indonesia, pengawasan kualitas dan polusi di sejumlah sungai di Indonesia, dan peningkatan nutrisi untuk hewan ternak juga tengah digarap.

Memang tidak ada jaminan pasti terhadap keamanan dari energi nuklir, namun dampak negatifnya bisa diatasi jika limbah industri tersebut ditangani secara benar. Bila demikian, energi ini bukan tak mungkin akan menjadi sumber energi di masa mendatang. Jadi, siap-siap “bernuklir ria”. ***(hbk/dan)

Tidak ada komentar: